Trias Kuncahyono
Ingat lagunya Michael Jackson ”Black or White”? Lagu yang dirilis pada 5 November 1991 itu ada bab syairnya yang berbunyi ...It don’t matter if you’re black or white... , tak jadi soal hitam atau putih. Pesan yang ingin disampaikan oleh Michael Jackson demikian benderang , demikian jelas.
Jauh tahun sebelumnya , di Philadelphia , lebih dari 200 tahun silam , berkumpullah para utusan dari 12 negara bab Amerika Serikat. Mereka menginginkan lahirnya suatu pemerintahan yang demokratis , di mana kebebasan , keadilan , dan persamaan hak sanggup berkembang.
Keinginan itu kemudian dituangkan dalam apa yang kini disebut Konstitusi Amerika Serikat. Dalam konstitusi ini tergambar terperinci gimana seharusnya pemerintahan berjalan , tergambar pula kekuasaan apa saja yang dilarang dimiliki pemegang kekuasaan.
Konstitusi Amerika Serikat diciptakan dengan prinsip , kekuasaan pemerintah diperoleh seluruhnya dari rakyat. Selain itu , dijelaskan juga , Konstitusi dibuat dengan mengakui adanya kepentingan bersama dan menghalangi bangkitnya sistem pemerintahan yang kejam. Seorang jago konstitusi pernah berkata , konstitusi sebuah negara haruslah merupakan catatan kehidupan sebuah bangsa sekaligus mimpi-mimpi yang belum terselesaikan.
Oleh alasannya yaitu itu , konstitusi menyerupai sebuah otobiografi nasional yang mencerminkan kemajemukan sebuah masyarakat kalau memang masyarakatnya majemuk. Umpama kata , tidaklah sanggup sebuah konstitusi yang dipakai untuk masyarakat yang beragam agama hanya mengakui satu agama dan menyingkirkan agama-agama lainnya.
Konstitusi juga harus menuliskan visi seluruh masyarakat. Selain itu , juga harus sanggup meyakinkan masyarakatnya bahwa dengan sistem segimana diatur dalam konstitusi tersebutlah semua mimpi dan tujuan seluruh masyarakat bakal dicapai.
Sebut saja konstitusi gres Afrika Selatan sesudah dihapusnya politik apartheid. Konstitusi yang disahkan pada 1996 ini terperinci menandai lahirnya kembali negeri tersebut. ”Inilah hari kelahiran bangsa Afrika Selatan yang multiras mirip pelangi. Hari ini Afrika Selatan benar-benar telah lahir ,” kata Ketua Majelis Nasional Cyril Ramaphosa dikala itu.
”Kita ingin menunjukkan hidup kita untuk negara yang gres ini , sebuah negara di mana semua rakyatnya memiliki hak dan kewajiban yang sama dan bebas ,” lanjutnya.
Cerita Konstitusi Amerika Serikat memang sangat indah , demikian pula dongeng Konstitusi Afrika Selatan. Namun , lihatlah apa yang terjadi pada 9 Agustus kemudian , seorang polisi kulit putih di Ferguson , Missouri , menembak cukup umur kulit gelap , Michael Brown , hingga tewas. Tewasnya Michael Brown telah memicu pecahnya kerusuhan bernuansa rasial.
Kerusuhan rasial di Ferguson itu bukan kali pertama terjadi di Amerika Serikat , negara yang memproklamasikan dirinya sebagai panglima demokrasi , sebagai pembela utama hak-hak asasi manusia. Inilah ironinya Amerika Serikat. Sebenarnya semua pihak tahu bahwa masih ada duduk perkara yang mengganjal antara orang kulit putih dan hitam atau kulit berwarna di negeri itu. Hanya saja , persoalannya yaitu semua membisu , membisu terhadap ketidakadilan , membisu terhadap tindakan berbau , bernada rasialis , rasis.
Rasanya , hal mirip itu juga terjadi di negeri kita ini. Banyak pihak membisu melihat ketidakadilan etnis dan agama , akal-akalan tidak tahu , tidak melihat , dan mencari kondusif sendiri. Diam , melihat hitam dibilang putih , putih dibilang hitam atau malah ikut bilang hitam padahal putih , bilang putih padahal hitam.
Trias Kuncahyono; Penulis kolom “KREDENSIAL” Kompas Minggu
0 Response to "Kumpulan Opini Kompas: Hitam Putih"