Trias Kuncahyono
Ia seorang pengatrik , juga politisi. Ayahnya , Severiano , yaitu Wali Kota Acambay , Meksiko. Pada tahun 1993 , Enrique Pena Nieto menikah dengan Monica Pretelini. Namun , pada tahun 2007 , Monica meninggal dan meninggalkan tiga anak. Tiga tahun lalu , tahun 2010 , Pena menikahi bintang telenovela , Angelica Rivera. Namun , ia memiliki seorang anak di luar nikah.
Itulah potret kecil Enrique Pena Nieto , Presiden Meksiko sekarang. Jabatan itu dipegang semenjak 1 Desember 2012 , menggantikan Presiden Filepe Calderon. Pena menjadi presiden dengan membawa bendera Partai Revolusioner Institusional (Partido Revolucionario Institucional/PRI) yang menguasai panggung politik Meksiko selama 71 tahun terakhir.
Dalam kampanye Pena , bila terpilih menjadi presiden , ia bakal liberate , membebaskan negerinya dari kejahatan , korupsi , dan impunitas. Itulah tiga ”dosa” besar Meksiko. Ketiganya—kejahatan , korupsi , dan impunitas—berkait , berkelindan , saling isi-mengisi.
Meksiko dikenal dengan perdagangan obat bius setrik ilegal yang menyusup di dan ke mana-mana. Perdagangan obat bius ini menumbuhsuburkan kejahatan , sekaligus penyuapan , mordida , dan korupsi , sekaligus impunitas. Korupsi berurat berakar dalam kultur Meksiko (Stephen D Morris , Corruption and Mexican Political Culture). Korupsi menguasai pemerintah , baik di tingkat lokal maupun nasional.
Korupsi setrik sederhana dipahami sebagai upaya menggunakan kemampuan campur tangan alasannya yaitu posisinya untuk menyalahgunakan informasi , keputusan , dampak uang , atau kekayaan untuk kepentingan laba dirinya. Orang Meksiko , contohnya , memandang kepolisian sebagai forum pemerintah yang paling korup dan kurang profesional. Mereka simpel disuap , tidak konsisten dalam menindak kejahatan , dan cenderung bekerja sama dengan kartel obat bius.
PRI yang berkuasa sepanjang tujuh dekade telah menjadi faktor signifikan dalam peningkatan atrik kejahatan di banyak sekali tingkat. Pengaruh politik dalam kejahatan terorganisasi di Meksiko mencapai puncaknya selama pemerintahan Presiden Carlos Salinas de Gortari (1988-1994).
Haryatmoko , dalam Etika Politik dan & Kekuasaan (2014) , menulis , macam-macam korupsi ini tidak bisa dipisahkan dari interaksi kekuasaan. Orang yang terjun ke dunia politik dengan masih bermental animal laborans , yakni orientasi kebutuhan hidup dan obsesi bakal siklus produksi-konsumsi sangat lebih banyak didominasi , cenderung menyebabkan politik kawasan mata pencaharian utama. Sindrom yang menyertai , salah satunya , yaitu korupsi.
Barangkali ibarat itu pula yang terjadi di Meksiko. Tugas Pena tidak ringan. Apalagi , orang Meksiko sinis terhadap apa yang diucapkan Pena. Lagi pula , rule of law tidak sanggup diciptakan di Meksiko dalam tempo semalam untuk membersihkan kepolisian , contohnya , tetapi butuh bertahun-tahun-tahun , bahkan berdekade.
Lalu , apakah Pena , yang hanya memenangi 38 persen bunyi (mengalahkan Andres Manuel Lopez Obrador) dalam pemilu presiden , bakal bisa mewujudkan mimpinya? Sulit untuk dijawab , apalagi para koruptor merasa berada di atas hukum. Mereka merasa bakal dibela institusi atau organisasi yang mempekerjakan mereka.
Cerita di negeri ini pun tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Meksiko. Coba simak dan perhatikan setrik saksama apa yang terjadi di sekitar kita belakangan ini , bukankah semacam itu?
Trias Kuncahyono; Penulis kolom “Kredensial” Kompas Minggu
0 Response to "Kumpulan Opini Kompas: Enrique Pena Nieto"