LAPORAN DISKUSI
INDONESIA DALAM PERUBAHAN POLITIK DAN EKONOMI DI ASEAN
Tim Kompas
FRUSTASI sebab negosiasi Putaran Doha WTO ibarat tidak berujung berakibat pada banyak negara membuat perjanjian perdagangan bilateral atau regional. Begitu pula ASEAN.
ASEAN memulai negosiasi perdagangan bebas antarnegara anggotanya semenjak 1993. Mereka bersepakat menurunkan perlindungan dagang dengan membuat Common Effective Preferential Tariff , yang menurunkan sejumlah bea masuk sampai 0-5 persen.
Tahun 2000 , ASEAN meningkatkan negosiasi perdagangan dengan luar ASEAN. Saat ini ada 23 perjanjian perdagangan. Dua tantangan besar dengan melimpahnya perjanjian perdagangan itu ialah kualitas serta beragamnya komitmen , standar , dan syarat perdagangan.
Kenyataan ini disadari pemimpin ASEAN sehingga mulai dipikirkan perjanjian perdagangan yang lebih luas. Saat ini negara-negara ASEAN memasuki dua negosiasi multilateral dalam lingkup Asia Pasifik: Trans Pacific Partnership (TPP) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Perjanjian TPP melibatkan 12 negara dan Amerika Serikat menjadi motor. Saat ini empat anggota ASEAN bergabung dalam TPP , yaitu Brunei , Malaysia , Singapura , dan Vietnam. Anggota lain ialah Australia , Kanada , Cile , Jepang , Meksiko , Selandia Baru , Peru , dan AS. Sementara itu , di dalam RCEP semua anggota ASEAN terlibat , ditambah dengan Jepang , Korea Selatan , Tiongkok , India , Australia , dan Selandia Baru.
Sejumlah pengamat menyebut TPP lebih berkualitas sebab meliberalisasi investasi , derma atas kekayaan intelektual , pertanian , dan jasa keuangan , serta menghindari banyak sekali pengecualian yang banyak terjadi di perjanjian perdagangan. Sektor-sektor tersebut dianggap informasi sensitif bagi banyak negara , tetapi jikalau kesepakatan ditandatangani bakal menjadi lebih langgeng.
Meski demikian , TPP memiliki sejumlah persoalan. Isu pertanian dan kekayaan intelektual bakal menghadapi rintangan. Masalah ini pula yang menghambat negosiasi Putaran Doha sebab negara-negara anggota cenderung memproteksi sektor pertanian serta berusaha menghindari tuntutan soal hak kekayaan intelektual.
Keanggotaan TPP juga memunculkan dilema geopolitik sebab tiga negara besar—Indonesia , India , dan Tiongkok—tidak menjadi anggota. Tak pelak lagi , TPP dicurigai sebagai upaya AS menghadang imbas ekonomi Tiongkok di Asia. Isu ini harus ditangani setrik hati-hati sebab sanggup memunculkan perkara baru.
Pada sisi lain , RCEP merupakan kombinasi dua usulan perjanjian perdagangan bebas , yaitu East Asia Free Trade Area (yang dipimpin Tiongkok) dan Comprehensive Economic Partnership in East Asia (yang dipimpin Jepang). Kombinasi itu menghasilkan RCEP yang dipimpin ASEAN. Kerja sama ini lebih berfokus pada upaya menyelaraskan banyak sekali komitmen , syarat perdagangan , serta standar yang tumpang tindih dan tidak konsisten.
Setrik umum ambisi RCEP tidak semuluk TPP. RCEP lebih memikirkan kesepakatan tunggal mengenai perdagangan produk , gres lalu kemungkinan penurunan bea masuk. Perundingan ini juga jauh dari pembahasan kendala nontarif. Apabila TPP membahas sekitar 20 informasi nontarif , RCEP hanya membahas 6 informasi nontarif.
RCEP juga memiliki cakupan geografis lebih terbatas dibandingkan dengan TPP dan mereka juga tidak memasuki wilayah sensitif , ibarat pertanian dan hak kekayaan intelektual. Karena itu , RCEP dinilai lebih realistis sehingga lebih besar kemungkinannya untuk berjalan.
Namun , rendahnya kualitas kesepakatan itu membuat rendah pula laba yang didapat anggotanya. Karena itu , beberapa negara lebih melirik perjanjian perdagangan lain. Peran AS yang bolos dalam RCEP juga mengakibatkan munculnya pertanyaan sejauh mana dampak perjanjian ini setrik luas.
Menimbang teliti
Tidak tertutup kemungkinan bahwa Indonesia masuk dalam TPP. Namun , sebab dua usulan itu saling berkompetisi , kecil kemungkinan kedua perjanjian tersebut setrik simultan memperlihatkan keuntungan. Oleh sebab itu , ASEAN perlu mempertimbangkan baik-baik kesepakatan mana yang bakal dipilih.
RCEP lebih gampang direalisasikan , tetapi melihat laba yang didapat TPP , Jepang bergabung ke TPP; sementara Korea Selatan sudah menyatakan minatnya. RCEP bakal menempatkan ASEAN sebagai sentra kesepakatan dagang , sementara TPP cenderung meninggalkan ASEAN sebagai sentra perjanjian. Persoalan geopolitik juga bakal menempatkan ASEAN pada posisi rumit dengan melihat analisis yang menyebutkan TPP lebih dipengaruhi AS , sementara RCEP dalam imbas Tiongkok.
Indonesia sanggup saja tidak menentukan TPP sebab alasan melindungi sektor pertanian dan kepentingan domestik lain. Namun , apabila TPP terwujud dalam dua tahun mendatang , Indonesia hanya bakal menjadi penonton dari arsitektur gres perdagangan di Asia Pasifik.
Strategi yang sanggup dilakukan Indonesia ialah membuat susukan ke TPP sambil melihat untung- ruginya. Perlu juga dikaji munculnya keluhan dari dua negara ASEAN akseptor TPP yang mengaku tidak menerima manfaat dari TPP.
Terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN , apabila TPP dan RCEP kelak disepakati , terutama TPP , banjir produk impor ke Indonesia bakal makin besar sebab beberapa anggota ASEAN sanggup menjadi pintu masuk banyak sekali produk dengan negara kawan dua kesepakatan perjanjian perdagangan itu. Masalah ini muncul sebab MEA menyepakati peningkatan susukan pasar di dalam anggota ASEAN.
0 Response to "Kumpulan Opini Kompas: Tpp Dan Rcep"