Menjadi guru yang di senangi oleh siswa merupakan cita-cita semua guru, baik guru di pendidikan Formal maupun non formal. Tapi Menjadi guru yang disenangi oleh siswa tidaklah gampang membalik telapak tangan. Jika tidak bisa menjadi guru yang disenangi siswa, minimal kita bukan guru yang dibenci oleh siswa.
Guru ideal tidak lepas dari evaluasi murid. Untuk itu, seorang guru ideal harus mendengarkan aspirasi murid Agar perilakunya disenangi murid. Tidak sebaliknya, bersikukuh dan dingin dengan sikapnya sendiri tanpa memperhatikan evaluasi dan aspirasi murid. Harmonisasi kekerabatan guru-murid sangat penting untuk efektivitas pembelajaran yanga dinamis dan progresif.
Saya coba berdiskusi dengan siswa-siswa saya wacana guru-guru menyerupai apa yang mereka senangi dan guru-guru menyerupai apa yang mereka benci. Hasil dari diskusi saya dengan beberapa siswa tersebut, siswa pada umumnya menyatakan sikap atau sikap yang harus dihindari oleh guru kalau ingin disenangi murid-muridnya, kalau dilakukan murid malah bakal membencinya:
1. Tidak Menguasai Materi
4. Pilih Kasih (Tidak Adil)
Seorang guru dihentikan pilih kasih dalam problem apa pun. Sikap pilih kasih bakal membuat kebijakan guru tidak dihormati murid-muridnya. Mereka bakal bertindak lebih jauh, menyerupai tidak mengindahkan perintah guru. Oleh alasannya itu, sikap pilih jangan hingga ditunjukkan guru kepada murid-muridnya. Pandang semua murid sebagai anak yang harus dicintai dan diperlakukan sama demi mempersiapkan masa depan mereka dengan baik. Pilih kasih yakni tindakan yang tidak adil dan mencerminkan sikap besar kepala dari guru yang bersangkutan. Inilah yang harus dihindari guru.
5. Berkata Kasar
Perkataan guru kepada murid harus halus, memikat, dan penuh perhatian. Setiap bimbingan, motivasi, dan pesan tersirat harus disampaikan dengan perkataan yang penuh lemah lembut. Tidak keluar dengan lisan berangasan yang membuat kebencian dan permusuhan pada murid-muridnya. Kalau bimbingan, nasihat, dan masukan guru kepada muridnya keluar dengan lisan yang kasar, maka tidak bakal ada efektivitas dalam pembelajaran yang dilakukan. Murid bakal mencemooh dan mengolok-olok guru yang sering berkata kasar.
Oleh alasannya itu, jangan sekali-kali guru berkata berangasan kepada muridnya, walau murid bersikap menjengkelkan. Sebagai orang tua, guru harus bersikap remaja dan sabar terhadap murid-muridnya. Itulah keteladanan guru dalam sikap yang sesuai dengan proposal agama dan nilai-nilai luhur pancasila.
6. Suka Memberi PR Tanpa Mengoreksi
PR (pekerjaan rumah) bisa membuat murid rajin berguru di rumah. Mereka bakal mengatur waktunya untuk mengerjakan PR yang diberikan guru. Namun, saat kesungguhan mereka ternyata disia-siakan guru, maka semangat mereka menjadi kendor. Guru tidak pernah mengoreksi PR yang dikerjakan siswa, atau mengoreksinya tapi asal-asalan.
Siswa merasa, guru mereka tidak menghormati dan mengapresiasi keseriusan mereka dalam mengerjakan PR. Tidak hanya itu, selain tidak mengoreksi atau mengoreksi setrik asal-asalan, ternyata nilai PR tidak kuat kepada nilai rapor murid lantaran administrasi guru yang lemah dan acak-acakan. Akibatnya, mungkin murid bakal membalas sikap guru yang tidak apresiatif itu. Mereka bakal mengerjakan PR setrik asal-asalan, tidak serius, menyontek temannya, atau tida mengerjakan sama sekali.
Guru Yang tidak disenangi siswa sumber foto: http://boombastis.com |
Menjadi guru yang dibenci oleh siswa tidaklah baik untuk sang guru lantaran apapun bahan yang diajarkan ke siswa tidak bakal menempel di otaknya lantaran memori otak sang siswa terkunci. Untuk menjadikan diri seorang guru yang disenangi siswa kita harus melaksanakan hal-hal yang menarik dan tidak juga menjatuhkan wibawa kita sebagai guru.
Guru ideal tidak lepas dari evaluasi murid. Untuk itu, seorang guru ideal harus mendengarkan aspirasi murid Agar perilakunya disenangi murid. Tidak sebaliknya, bersikukuh dan dingin dengan sikapnya sendiri tanpa memperhatikan evaluasi dan aspirasi murid. Harmonisasi kekerabatan guru-murid sangat penting untuk efektivitas pembelajaran yanga dinamis dan progresif.
Saya coba berdiskusi dengan siswa-siswa saya wacana guru-guru menyerupai apa yang mereka senangi dan guru-guru menyerupai apa yang mereka benci. Hasil dari diskusi saya dengan beberapa siswa tersebut, siswa pada umumnya menyatakan sikap atau sikap yang harus dihindari oleh guru kalau ingin disenangi murid-muridnya, kalau dilakukan murid malah bakal membencinya:
1. Tidak Menguasai Materi
Ingat bahan pembelajaran yang sang guru ajarkan di kelas merupakan inti pokok pembelajaran. Jika bahan kita tidak kuasai, apa yang harus kita ajarkan ke siswa, kita sebagai sang guru juga tidak mengerti. makanya banyaklah berguru dan membaca sebelum mengajar. Siapkan bahan dengan sempurna.
2. Jarang Masuk
Guru yang sibuk dengan banyak atrik di luar sekolah, sebaiknya tidak usah mempertahankan statusnya di sekolah. Karena, hal itu bakal mengorbankan kepentingan siswa yang memiliki hak atas pelajaran yang diampunya. Apabila kalau beliau mengajar bahan penting. Dengan demikian, guru yang jarang masuk bakal dibenci siswa. Siswa merasa gurunya tidak sungguh-sungguh, tidak memperhatikan kepentingan siswa, dan bertindak hanya demi kepentingannya sendiri.
3. Berpakaian Kurang Rapi
Bagi murid-murid kini ini, baik di kota maupun di desa, bahkan hingga ke pelosok penjuru nusantara, kerapian pakaian sudah menjadi kebutuhan utama dalam proses berguru mengajar. Murid sangat bahagia melihat gurunya berpakaian rapi dan sopan. Murid kurang respect terhadap guru yang berpakaian tidak rapi. Ketika murid bahagia dengan performance lahir guru, maka hal ini bakal sangat kuat terhadap penerimaan murid terhadap bahan pelajaran yang disampaikan.
Guru yang sibuk dengan banyak atrik di luar sekolah, sebaiknya tidak usah mempertahankan statusnya di sekolah. Karena, hal itu bakal mengorbankan kepentingan siswa yang memiliki hak atas pelajaran yang diampunya. Apabila kalau beliau mengajar bahan penting. Dengan demikian, guru yang jarang masuk bakal dibenci siswa. Siswa merasa gurunya tidak sungguh-sungguh, tidak memperhatikan kepentingan siswa, dan bertindak hanya demi kepentingannya sendiri.
3. Berpakaian Kurang Rapi
Bagi murid-murid kini ini, baik di kota maupun di desa, bahkan hingga ke pelosok penjuru nusantara, kerapian pakaian sudah menjadi kebutuhan utama dalam proses berguru mengajar. Murid sangat bahagia melihat gurunya berpakaian rapi dan sopan. Murid kurang respect terhadap guru yang berpakaian tidak rapi. Ketika murid bahagia dengan performance lahir guru, maka hal ini bakal sangat kuat terhadap penerimaan murid terhadap bahan pelajaran yang disampaikan.
4. Pilih Kasih (Tidak Adil)
Seorang guru dihentikan pilih kasih dalam problem apa pun. Sikap pilih kasih bakal membuat kebijakan guru tidak dihormati murid-muridnya. Mereka bakal bertindak lebih jauh, menyerupai tidak mengindahkan perintah guru. Oleh alasannya itu, sikap pilih jangan hingga ditunjukkan guru kepada murid-muridnya. Pandang semua murid sebagai anak yang harus dicintai dan diperlakukan sama demi mempersiapkan masa depan mereka dengan baik. Pilih kasih yakni tindakan yang tidak adil dan mencerminkan sikap besar kepala dari guru yang bersangkutan. Inilah yang harus dihindari guru.
5. Berkata Kasar
Perkataan guru kepada murid harus halus, memikat, dan penuh perhatian. Setiap bimbingan, motivasi, dan pesan tersirat harus disampaikan dengan perkataan yang penuh lemah lembut. Tidak keluar dengan lisan berangasan yang membuat kebencian dan permusuhan pada murid-muridnya. Kalau bimbingan, nasihat, dan masukan guru kepada muridnya keluar dengan lisan yang kasar, maka tidak bakal ada efektivitas dalam pembelajaran yang dilakukan. Murid bakal mencemooh dan mengolok-olok guru yang sering berkata kasar.
Oleh alasannya itu, jangan sekali-kali guru berkata berangasan kepada muridnya, walau murid bersikap menjengkelkan. Sebagai orang tua, guru harus bersikap remaja dan sabar terhadap murid-muridnya. Itulah keteladanan guru dalam sikap yang sesuai dengan proposal agama dan nilai-nilai luhur pancasila.
6. Suka Memberi PR Tanpa Mengoreksi
PR (pekerjaan rumah) bisa membuat murid rajin berguru di rumah. Mereka bakal mengatur waktunya untuk mengerjakan PR yang diberikan guru. Namun, saat kesungguhan mereka ternyata disia-siakan guru, maka semangat mereka menjadi kendor. Guru tidak pernah mengoreksi PR yang dikerjakan siswa, atau mengoreksinya tapi asal-asalan.
Siswa merasa, guru mereka tidak menghormati dan mengapresiasi keseriusan mereka dalam mengerjakan PR. Tidak hanya itu, selain tidak mengoreksi atau mengoreksi setrik asal-asalan, ternyata nilai PR tidak kuat kepada nilai rapor murid lantaran administrasi guru yang lemah dan acak-acakan. Akibatnya, mungkin murid bakal membalas sikap guru yang tidak apresiatif itu. Mereka bakal mengerjakan PR setrik asal-asalan, tidak serius, menyontek temannya, atau tida mengerjakan sama sekali.
7. Suka Menyuruh
Hubungan murid dan guru yakni kekerabatan fungsional akademik. Urusan mereka berkisar pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, skill, attitude, dan profesionalisme. Di luar urusan itu, guru berfungsi sebagai pengasuh dan pendidik yang menawarkan keteladanan baik bagi murid-muridnya. Karena itu, sikap guru yang suka memerintah di kelas sangat tidak patut. Murid-muridnya bakal menganggap gurunya sebagai penguasa diktatorial yang bertindak egois. Menyuruh murid mem-photocopy dan membantu mengoreksi, mungkin tidak problem asalkan dilakukan kepentingan murid sendiri. Namun, kalau demi kepentingan pribadi, maka ini sungguh di luar kewajaran.
8. Menghukum Semena-mena
Menghukum murid harus didasari dengan kasih sayang, kebijaksanaan, dan kearifan. Jangan didasari kebencian, permusuhan, dan emosi yang tidak terkendali. Guru yakni pembimbing spiritual murid, sehingga sikap perilakunya harus konsisten dengan statusnya sebagai pembimbing moral dan spiritual. Kalau eksekusi didasari sifat kasih sayang, maka guru bakal menghindari trik-trik yang di luar batas kewajaran, bahkan ia bakal menghukum murid dengan hal-hal positif yang bisa meningkatkan kemampuan dan integritas moralnya. Misalnya, disuruh shalat Dhuha enam rakaat, membaca al-Qur’an satu juz, menulis shalawat Nabi sebanyak tiga lembar, dan lain-lain yang bersifat mendidik dan tidak menyakitkan perasaan dan menjatuhkan harga diri murid. Walaupun terhukum, namun ia tetap merasa eksistensi dan harga dirinya tidak dilecehkan. Dengan demikian, murid bakal tetap menghormati guru dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Kalau guru menghukum siswanya dengan tindakan semena-mena, contohnya menyuruh murid bangkit di halaman sekolah selama 2 jam, bertindak keras, menyerupai menampar, menempeleng, dan sejenisnya, maka hal ini bisa mengakibatkan kemarahan murid kepada guru. Murid bakal bertindak dengan triknya sendiri, bahkan mengancam guru di luar sekolah dengan tindakan yang tidak pantas. Oleh alasannya itu, jangan hingga memulai dengan tindakan ceroboh yang membahayakan fisik anak didik.
9. Susah Dimintai Tolong
Senang menolong murid-murid harus menjadi salah satu huruf seorang guru. dalam konteks ini, menolong bisa dalam bentuk yang bermacam-macam, menyerupai menawarkan jalan keluar dari problem yang dihadapi murid, membantu kesulitan murid dalam pelajaran, dan mengurangi kesedihan yang dialaminya, mengunjungi murid yang sedang sakit, mendoakan dan mendorong kesuksesan murid.
Kalau guru susah dimintai tolong, merasa tidak punya waktu, dan menyuruh muridnya untuk menuntaskan problem sendiri tanpa menyusahkan pihak lain, maka sikap guru semacam ini bisa menyakiti perasaan murid. Barangkali, mereka juga bakal membalas dengan apatis terhadap instruksi dan bimbingan gurunya. Inilah yang harus dihindari guru.
Hubungan murid dan guru yakni kekerabatan fungsional akademik. Urusan mereka berkisar pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, skill, attitude, dan profesionalisme. Di luar urusan itu, guru berfungsi sebagai pengasuh dan pendidik yang menawarkan keteladanan baik bagi murid-muridnya. Karena itu, sikap guru yang suka memerintah di kelas sangat tidak patut. Murid-muridnya bakal menganggap gurunya sebagai penguasa diktatorial yang bertindak egois. Menyuruh murid mem-photocopy dan membantu mengoreksi, mungkin tidak problem asalkan dilakukan kepentingan murid sendiri. Namun, kalau demi kepentingan pribadi, maka ini sungguh di luar kewajaran.
8. Menghukum Semena-mena
Menghukum murid harus didasari dengan kasih sayang, kebijaksanaan, dan kearifan. Jangan didasari kebencian, permusuhan, dan emosi yang tidak terkendali. Guru yakni pembimbing spiritual murid, sehingga sikap perilakunya harus konsisten dengan statusnya sebagai pembimbing moral dan spiritual. Kalau eksekusi didasari sifat kasih sayang, maka guru bakal menghindari trik-trik yang di luar batas kewajaran, bahkan ia bakal menghukum murid dengan hal-hal positif yang bisa meningkatkan kemampuan dan integritas moralnya. Misalnya, disuruh shalat Dhuha enam rakaat, membaca al-Qur’an satu juz, menulis shalawat Nabi sebanyak tiga lembar, dan lain-lain yang bersifat mendidik dan tidak menyakitkan perasaan dan menjatuhkan harga diri murid. Walaupun terhukum, namun ia tetap merasa eksistensi dan harga dirinya tidak dilecehkan. Dengan demikian, murid bakal tetap menghormati guru dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Kalau guru menghukum siswanya dengan tindakan semena-mena, contohnya menyuruh murid bangkit di halaman sekolah selama 2 jam, bertindak keras, menyerupai menampar, menempeleng, dan sejenisnya, maka hal ini bisa mengakibatkan kemarahan murid kepada guru. Murid bakal bertindak dengan triknya sendiri, bahkan mengancam guru di luar sekolah dengan tindakan yang tidak pantas. Oleh alasannya itu, jangan hingga memulai dengan tindakan ceroboh yang membahayakan fisik anak didik.
9. Susah Dimintai Tolong
Senang menolong murid-murid harus menjadi salah satu huruf seorang guru. dalam konteks ini, menolong bisa dalam bentuk yang bermacam-macam, menyerupai menawarkan jalan keluar dari problem yang dihadapi murid, membantu kesulitan murid dalam pelajaran, dan mengurangi kesedihan yang dialaminya, mengunjungi murid yang sedang sakit, mendoakan dan mendorong kesuksesan murid.
Kalau guru susah dimintai tolong, merasa tidak punya waktu, dan menyuruh muridnya untuk menuntaskan problem sendiri tanpa menyusahkan pihak lain, maka sikap guru semacam ini bisa menyakiti perasaan murid. Barangkali, mereka juga bakal membalas dengan apatis terhadap instruksi dan bimbingan gurunya. Inilah yang harus dihindari guru.
10. Cuek di Dalam dan Luar Kelas
Guru yang bahagia menyapa murid-muridnya bakal dicintai murid. Tersenyum dan menanyakan kabar saat bertemu muridnya yakni sikap yang sangat baik untuk merekatkan kekerabatan guru dan murid. Ada kekerabatan emosional yang positif antara guru dan murid. Hubungan mereka tidak hanya berguru mengajar dalam Makna formal, tapi juga kekerabatan psikologis yang sangat erat dan penuh kemanfaatan.
Jika guru dingin dengan muridnya, baik di dalam maupun di luar kelas, maka murid bakal segan mengunjungi gurunya di rumah pada waktu program lebaran Idul Fitri, malas mengunjungi guru pada waktu sakit, dan keadaan penting lainnya. Mereka merasa guru tidak menawarkan prhatian psikologis.
Guru yang bahagia menyapa murid-muridnya bakal dicintai murid. Tersenyum dan menanyakan kabar saat bertemu muridnya yakni sikap yang sangat baik untuk merekatkan kekerabatan guru dan murid. Ada kekerabatan emosional yang positif antara guru dan murid. Hubungan mereka tidak hanya berguru mengajar dalam Makna formal, tapi juga kekerabatan psikologis yang sangat erat dan penuh kemanfaatan.
Jika guru dingin dengan muridnya, baik di dalam maupun di luar kelas, maka murid bakal segan mengunjungi gurunya di rumah pada waktu program lebaran Idul Fitri, malas mengunjungi guru pada waktu sakit, dan keadaan penting lainnya. Mereka merasa guru tidak menawarkan prhatian psikologis.
Nah itulah hal-hal yang tidak disenangi oleh siswa terhadap guru. Menjadi guru yang disenangi siswa memang tidaklah gampang tapi sanggup kita lakukan. Lest teaching, Have Fun and Happy Blogging :-)
www.inankito.blogspot.com*
0 Response to "Ciri Guru Yang Dibenci Siswa"