Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini, cara berbuat, perilaku serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan etos kerja Muslim sanggup didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang luhur.
Al-Qur'an Surat Al-Qashash: 77.
“ dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kau melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat oke (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)
Memahami Kandungan Qur'an Surat Al-Qashash ayat 77.
Allah memerintahkan insan bekerja dan berusaha untuk kepentingan urusan duniawi dan ukhrawi secara seimbang. Tidak boleh orang mengejar duniawinya saja, dan melupakan akhiratnya. Begitu juga sebaliknya. Keduanya hendaknya berjalan dan diperhatikan secara seimbang.
Al-Qur’an mengajarkan insan akan pentingnya mempunyai kearifan equilibrium, yakni kearifan untuk membuat keseimbangan dalam dirinya dan kehidupannya, berupa keseimbangan intelektual dan hati nuraninya, jasmani dan rohaniah, serta keseimbangan dunia dan akhiratnya. Bahkan keseimbangan itu pun ditunjukkan oleh Allah melalui penyebutan kosa kata antara ad-dunya dan al-akhirah, masingmasing disebut dalam al-Qur’an sebanyak 115 kali.
Islam memerintahkan insan semoga berbuat baik terhadap sesamanya, sebagaimana Allah berbuat baik kepada manusia. Bukankah banyak insan yang ingkar kepada-Nya, tetapi Allah masih tetap menurunkan kebaikan (nikmatnikmatnya) kepada manusia. Artinya bila ada orang lain melaksanakan kesalahankepada diri kita, semestinya kita pun dengan gampang memaafkan dan tetap berbuat baik kepadanya. Sikap semacam ini akan berdampak pada tatanan kehidupan bersama yang konstruktif dan dinamis.
Baca Juga :
Islam melarang insan membuat kerusakan, baik kerusakan untuk dirinya sendiri maupun untuk lingkungan. Manusia harus merawat dan menjaga bumi, dilarang dirusak. Kalau dirusak ekosistem bumi, maka derita dan musibah akan dialami oleh insan itu sendiri. Allah Swt membenci orang orang yang membuat kerusakan. Perusakan yang dimaksud menyangkut banyak hal.
Puncaknya yakni merusak fitrah kesucian manusia, yakni tidak memlihara tauhid yang telah Allah anugerahkan kepada setiap insan. Di bawah peringkat itu ditemukan keengganan mendapatkan kebenaran dan pengorbanan nilai-nilai agama, menyerupai pembunuhan, perampokan, pengurangan dosis dan timbangan, berfoya-foya, pemborosan, gangguan terhadap kelestarian lingkungan dan lain-lain.
Pada ayat di atas kata al-akhirah (akhirat) disebut lebih dulu, gres kemudian menyebut kata ad-dunya. Hikmahnya bahwa insan ada kecenderungan berpengaruh sibuk berusaha hanya untuk memenuhi kebutuhan duniawinya. Terkadang untuk urusan duniawi ia menghalalkan segala cara, padahal kehidupan dunia bersifat sementara.
Sedangkan kehidupan darul abadi bersifat langgeng/kekal. Maka insan dipesan bahwa kalau bekerja keras untuk kepentingan ukhrawi, dengan sendirinya urusan duniawinya juga didapat. Untuk itu ayat ini menggarisbawahi pentingnya mengarahkan pandangan kepada darul abadi sebagai tujuan dan kepada dunia sebagai sarana mencapai tujuan.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana kandungan Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 77 wacana etos kerja. Semoga kita di jauhkan dari sifat malas. Aamiin. Sumber Tafsir Ilmu Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Al-Qur'an Surat Al-Qashash: 77.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“ dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kau melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat oke (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)
Memahami Kandungan Qur'an Surat Al-Qashash ayat 77.
Allah memerintahkan insan bekerja dan berusaha untuk kepentingan urusan duniawi dan ukhrawi secara seimbang. Tidak boleh orang mengejar duniawinya saja, dan melupakan akhiratnya. Begitu juga sebaliknya. Keduanya hendaknya berjalan dan diperhatikan secara seimbang.
Al-Qur’an mengajarkan insan akan pentingnya mempunyai kearifan equilibrium, yakni kearifan untuk membuat keseimbangan dalam dirinya dan kehidupannya, berupa keseimbangan intelektual dan hati nuraninya, jasmani dan rohaniah, serta keseimbangan dunia dan akhiratnya. Bahkan keseimbangan itu pun ditunjukkan oleh Allah melalui penyebutan kosa kata antara ad-dunya dan al-akhirah, masingmasing disebut dalam al-Qur’an sebanyak 115 kali.
Islam memerintahkan insan semoga berbuat baik terhadap sesamanya, sebagaimana Allah berbuat baik kepada manusia. Bukankah banyak insan yang ingkar kepada-Nya, tetapi Allah masih tetap menurunkan kebaikan (nikmatnikmatnya) kepada manusia. Artinya bila ada orang lain melaksanakan kesalahankepada diri kita, semestinya kita pun dengan gampang memaafkan dan tetap berbuat baik kepadanya. Sikap semacam ini akan berdampak pada tatanan kehidupan bersama yang konstruktif dan dinamis.
Baca Juga :
Islam melarang insan membuat kerusakan, baik kerusakan untuk dirinya sendiri maupun untuk lingkungan. Manusia harus merawat dan menjaga bumi, dilarang dirusak. Kalau dirusak ekosistem bumi, maka derita dan musibah akan dialami oleh insan itu sendiri. Allah Swt membenci orang orang yang membuat kerusakan. Perusakan yang dimaksud menyangkut banyak hal.
Puncaknya yakni merusak fitrah kesucian manusia, yakni tidak memlihara tauhid yang telah Allah anugerahkan kepada setiap insan. Di bawah peringkat itu ditemukan keengganan mendapatkan kebenaran dan pengorbanan nilai-nilai agama, menyerupai pembunuhan, perampokan, pengurangan dosis dan timbangan, berfoya-foya, pemborosan, gangguan terhadap kelestarian lingkungan dan lain-lain.
Pada ayat di atas kata al-akhirah (akhirat) disebut lebih dulu, gres kemudian menyebut kata ad-dunya. Hikmahnya bahwa insan ada kecenderungan berpengaruh sibuk berusaha hanya untuk memenuhi kebutuhan duniawinya. Terkadang untuk urusan duniawi ia menghalalkan segala cara, padahal kehidupan dunia bersifat sementara.
Sedangkan kehidupan darul abadi bersifat langgeng/kekal. Maka insan dipesan bahwa kalau bekerja keras untuk kepentingan ukhrawi, dengan sendirinya urusan duniawinya juga didapat. Untuk itu ayat ini menggarisbawahi pentingnya mengarahkan pandangan kepada darul abadi sebagai tujuan dan kepada dunia sebagai sarana mencapai tujuan.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana kandungan Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 77 wacana etos kerja. Semoga kita di jauhkan dari sifat malas. Aamiin. Sumber Tafsir Ilmu Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
0 Response to "Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Qashash Ayat 77 Perihal Etos Kerja"