Jaya Suprana
Pernyataan Jokowi ihwal dirinya siap dicalonkan menjadi presiden menjadikan beraneka ragam reaksi.
Di satu sisi meresahkan mereka yang telah terlebih dahulu mencalonkan diri sebagai presiden , di sisi lain menawarkan impian bakal datangnya Indonesia gres yang lebih baik.
Di tengah kelegaan seusai pemilu legislatif yang berlangsung kondusif dan meriah di banyak daerah , inilah saatnya menimbang siapa-siapa yang pantas mendampingi para calon presiden 2014.
Sebenarnya ada banyak hikmah yang siap dipetik oleh siapa saja yang terbuka mata hatinya. Hikmah pertama yaitu para parpol bisa berguru tahu diri. Apabila memang tidak memiliki kandidat yang pantas menjadi calon presiden , mengapa tidak mempertimbangkan pencalonan wakil presiden saja. Setrik finansial , baik akuntansi maupun marketing , terperinci bahwa anggaran biaya kampanye cawapres lebih relevan dan lebih bisa dipertanggungjawabkan faedahnya.
Kebijaksanaan austeritif ibarat di atas harus dikembangkan dari kini supaya parpol tidak bersikap rawe-rawe rantas malang-malang putung alias maju terus dengan segala hasilnya meski diprediksikan kalah.
Sebenarnya mencalonkan cawapres tidak perlu biaya alasannya yaitu seorang cawapres bakal otomatis ikut terpilih apabila sang capres dipilih rakyat. Apalagi hakikatnya rakyat sudah punya pilihan.
Hal ini terlihat dari fenomena pemilihan gubernur DKI Jakarta yang gres lalu. Rakyat ternyata tidak terlalu peduli siapa wakil gubernurnya meski kampanye hitam ketika itu deras mencecar mereka , terutama dengan menggunakan warta SARA.
Tidak perlu kampanye
Dengan analisis politik apa pun , sanggup disimpulkan bahwa cawapres an sich tidak butuh kampanye. Hal ini bisa banyak menghemat biaya kampanye dalam Pilpres 2014. Betapa indah apabila dana berlimpah ruah yang semula siap dihamburkan itu dialihkan untuk membangun gedung sekolah , rumah sakit , puskesmas , jalan masuk air higienis , fatwa listrik , jalan raya , jembatan dan aneka macam infrastruktur lainnya , terutama untuk tempat terpencil dan tertinggal.
Lebih baik energi lahir batin kepedulian dan perhatian Pilpres 2014 difokuskan ke duduk masalah siapa yang layak dipilih menjadi cawapres dan sesungguhnya dengan sang presiden membangun kesejahteraan rakyat.
Pilihan yang tersedia cukup menarik untuk disimak dan diperdebatkan meski sebenarnya keputusan menentukan dan menentukan cawapres memang bukan di tangan rakyat.
Saat ini , cukup banyak cawapres yang berpotensi. Mereka ada yang berasal kalangan purnawirawan militer , ketua parpol , mantan dan pejabat publik aktif , hingga keluarga presiden. Ada lebih banyak lagi sediaan cawapres dari kalangan nonmiliter ibarat mantan ketua mahkamah konstitusi , mantan dubes di Washington DC , mantan menko perekonomian , mantan menteri perdagangan , pengusaha sukses merangkap menteri BUMN , menteri keuangan , mantan menteri keuangan yang kini menjadi administrator Bank Dunia , konglomerat merangkap ketua parpol , tokoh ulama , hingga mantan wapres.
Pendek kata , sediaan pilihan terbentang luas bagi capres dan parpol untuk menentukan cawapres terbaik. Rakyat hanya bisa mengharap bahwa cawapres yang dipilih capres nantinya benar-benar memiliki kemampuan dan kemauan , bukan hanya dalam hal mendampingi , melainkan benar-benar mendukung Presiden RI ketujuh dan sesungguhnya memimpin bangsa dan negara.
Bersama , mereka menderapkan langkah usaha menuju masyarakat adil dan makmur. Merdeka!
Jaya Suprana , Rakyat Indonesia.
0 Response to "Kumpulan Opini Kompas: Mencari Calon Wakil Presiden"